Sekilas, tidak ada yang terlalu istimewa di Pendopo Bupati Kabupaten Bireuen tersebut. Hanya sebuah bangunan semi permanen yang berarsitektur rumah adat Aceh. Namun siapa sangka, dibalik bangunan tua itu tersimpan sejarah perjuangan kemerdekaan RI yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Di sana pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno.
Kedatangan presiden pertama RI itu ke Aceh memang sangat fenomenal. Waktu itu, tahun 1948, Belanda melancarkan agresi keduanya terhadap Yogyakarta. Dalam waktu sekejap ibukota RI kedua itu jatuh dan dikuasai Belanda. Presiden pertama Soekarno yang ketika itu berdomisili dan mengendalikan pemerintahan di sana pun harus kalang kabut.
Tidak ada pilihan lain, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Tepatnya di Bireuen, yang relatif aman. “Soekarno turun dengan pesawat Dakota dilapanga Cot Gapu, yang dipiloti ole Teungku Iskandar; kata Sarong Sulaiman atau sering sebut dengan gelar Wak Sarong, dia bekas pejuang salah satu pasukan devisi X yang sempat dibubarkan oleh Soekarno. Beliau sempat bersalaman dengan Soekarno, lalu Soekarno ke pendopo. Lanjut Wak Sarong. Jelasnya, dalam keadaan darurat, Bireuen pernah menjadi ibukota RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta ke dalam kekuasaan Belanda. Sayangnya catatan sejarah ini tidak pernah tersurat dalam sejarah kemerdekaan RI.
Tidak ada pilihan lain, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Tepatnya di Bireuen, yang relatif aman. “Soekarno turun dengan pesawat Dakota dilapanga Cot Gapu, yang dipiloti ole Teungku Iskandar; kata Sarong Sulaiman atau sering sebut dengan gelar Wak Sarong, dia bekas pejuang salah satu pasukan devisi X yang sempat dibubarkan oleh Soekarno. Beliau sempat bersalaman dengan Soekarno, lalu Soekarno ke pendopo. Lanjut Wak Sarong. Jelasnya, dalam keadaan darurat, Bireuen pernah menjadi ibukota RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta ke dalam kekuasaan Belanda. Sayangnya catatan sejarah ini tidak pernah tersurat dalam sejarah kemerdekaan RI.
Bireuen sebagai pusat kemiliteran Aceh, lantaran letaknya yang sangat strategis dalam mengatur strategi militer untuk memblokade serangan Belanda di Medan Area yang telah menguasai Sumatera Timur. Pasukan tempur Divisi X Komandemen Sumatera yang bermarkas di Juli Keudee Dua, Bireuen, itu silih berganti dikirim ke Medan Area.
Namun dengan mengudaranya Radio Rimba Raya ke seluruh dunia, masyarakat dunia sudah mengetahui secara jelas bahwa Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Karena itu, saat kedatangan Presiden Soekarno ke Bireuen bulan Juni 1948, dalam pidatonya yang berapi-api di lapangan terbang Cot Gapu, Soekarno mengatakan, Aceh yang tidak mampu dikuasai Belanda dijadikan sebagai Daerah Modal Republik Indonesia. Dan sampai Aceh menyumbangkan Pesawat untuk keperluan pemerintahan RI pada waktu itu (AtjehCyber.tk; mengenang Bireuen sebagai Ibu Kota RI).
Kami mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk kembali kebelakang dalam menemukan tali sejarah yang terputus, dan merumuskan kembali bagimana bapak-bapak proklamator bangsa ini berpindah-pindah tempat dari serangan Belanda. Aceh yang pernah menjadi Ibu kota RI yang ketiga tidak pernah tercantum dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
Dari hasil penelitian kami temukan fakta-fakta yang sangat kuat keberadaan ibu kota RI yang ke tiga di Bireuen tepatnya di pendopo Bupati sekarang, sebagaimana dikatakan oleh Bapak Sarong Sulaiman yang bertempat tinggal di Peudada, sekarang sudah berumur 122th, walau beliau sudah tua, namun ingatannya masih bagus, sedikit organ pendengarannya mengalami gangguan. Beliau merupakan salah satu pasukan Devisi X yang menyambut Soekarno di Lapangan Cot Gapu Biruen pada Juni 1948, yang sekarang sudah dijadikan lapangan sepak bola (PSSB) kebanggaan masyarakat Bireuen. Begitu juga dengan dengan almarhum Letnan Yusuf Ahmad atau Yusuf Tank, yang tinggal di desa Juli Keude Dua, beliau wafat 3 bulan yang lalu, sebagaimana diceritakan kepada kami oleh wartawan Narit/AM Gandapura, yang sempat mewawancarai beliau seminggu sebelum wafat.
jasa-jasa aceh hilang begitu saja di era orde baru, persetan pemerintah pusat tidak tau terima kasih.,.
BalasHapusya,,,beginilah negeri ini,,,tapi kita jgan pesimis untuk menunjukkan kebenaran bagaiamana negeri ini di bina dan dijalankan....
BalasHapus